HORMON ESTROGEN PADA UNGGAS

BAB I
PENDAHULUAN
            Pengendalian, pengaturan clan koordinasi aktivitas gel, jaringan dan alat– alat tubuh dilakukan oleh sistem saraf dan hormon. Meskipun fungsi saraf dan hormon berbeda tetapi banyak kaitan yang terjadi antara sistem saraf dan hormon, misalnya ada beberapa kelenjar bersekresi hanya bila ada stimulus yang terdapat di kelenjar seperti pada kelenjar adrenal bagian medula dan neurohipofisa. Baik vertebrata maupun invertebrata mempunyai jaringan khusus yang mensekresikan zat pengatur yang langsung disalurkan ke dalam darah. Jaringan khusus ini dikenal sebagai kelenjar endokrin, sedangkan zat pengatur yang disekresikan di sebut hormon. (Wulangi, 1989).
Produksi dan reproduksi merupakan dua hal yang tidak dapat dapat dipisahkan dalam bidang peternakan. Kegagalan reproduksi baik karena faktor pengelolaan maupun faktor intern ternak itu sendiri merupakan hambatan dalam berproduksi. Fungsi reproduksi sangat tergantung pada suatu mekanisme hormonal yang kompleks. Hormon gonadotropin yang dihasilkan oleh hipofisa anterior terdiri dari folicle stimulating hormone (FSH) dan Luteinizing hormone (LH). Hormon FSH mempengaruhi pertumbuhan folikel muda menjadi folikel masak. Disamping oosit , di dalam folikel yang sedang berkembang, terdapat  sel theca dan beberapa sel granulosa. Selanjutnya hormon FSH juga mempengaruhi sekresi steroid yaitu esterogen dan progesteron  yang dihasilkan oleh sel theca dan sel granulosa, yang penting untuk pembentukan kuning telur, albumin dan cangkang telur (Latifah, 2007).
Hormon estrogen merupakan hormon yang memegang peranan penting dalam reproduksi betina, begitu juga pada unggas. Hormon estrogen memegang peranan dalam pembentukan telur yang merupakan cikal bakal individu baru. Makalah ini akan menjelaskan mengenai hubungan estrogen dan reproduksi unggas.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Hormon Secara Umum
            Hormon merupakan bahan kimia yang disekresikan ke dalam cairan tubuh oleh satu sel atau sekelompok sel dan dapat mempengaruhi fisiologi sel-sel tubuh lainnya. Sebahagian besar hormon disekresikan oleh kelenjar endokrin dan selanjutnya ke dalam darah diangkut ke seluruh tubuh. Secara kimiawi hormone dapat dibagi dalam 3 tipe dasar, Yaitu :
1.      Hormon steroid; golongan ini merupakan struktur kimia yang mirip dengan kolesterol dan sebagian besar tipe ini berasal dari kolesterol. Ada bermacam macam hormon steroid yang disekresikan oleh (a) korteks adrenal (kortisol dan aldosteron), (b) ovarium (estrogen dan progesteron), (c) testis (tertosteron) dan (d) plasenta (estrogen clan progesteron).
2.      Derivat asam amino tirosin; ada 2 kelompok hormon yang merupakan derivate asam amino tirosin yaitu tiroksi dan triiodotironin, merupakan bentuk iodinisasi dari derivat tirosin, dan kedua hormon utama yang berasal dari medula adrenal epenefrin dan norepinefrin, kedua-duanya merupakan katekolamin yang berasal dari tirosin.
3.      Protein atau peptida. Pada dasarnya semua hormon endokrin yang terpenting dapat merupakan derivat protein, peptida atau derivat keduanya. Hormon yang disekresikan kelenjar hipofisis anterior dapat merupakan molekul protein atau polipeptida besar; hormon hipofisis posterior, hormon antidiuretik dan oksitosisn merupakan peptida asam amino. Insulin, glukagon dan parathormon merupakan polipeptida besar (Guyton, 1994).

2.2. Hormon Estrogen

Estrogen adalah hormon steroid yang diperlukan untuk pertumbuhan folikel sehingga erat kaitannya dengan umur dewasa kelamin. Estrogen mempunyai peran penting dan erat hubungannya dengan perangsangan dan perkembangan oviduk, sintesis albumin oleh magnum serta kerabang oleh uterus (Nesheim et a1.,1979). Konsentrasi plasma basal estrogen kurang dari 5 pglml (InterAg, 1996), dan akan semakin meningkat sesuai dengan pertumbuhan folikel (folikel de Gruff 160 pglml)
(Pineda dan Bowen, 1989).
Estrogen berpengaruh pada otak .yang ada hubungannya dengan tingkah laku estrus atau berahi. Estrogen disintesis dari kolesterol terutama di ovarium, dan kelenjar lain misalnya korteks adrenal, testis, dan plasenta. Kemudian melalui beberapa reaksi enzimatik dalam biosintesis steroid terbentuklah hormon kelamin steroid (Suherman, 2001). Jika kolesterol yang berasal dari makanan dalam jumlah sedikit maka sintesis kolesterol dalam hati dan usus meningkat untuk memenuhi kebutuhan jaringan dan organ lain. Sebaliknya jika jumlah kolesterol di dalam makanan meningkat maka sintesis kolesterol di dalam hati dan usus menurun (Ravnskov, 2003).
Pada unggas estrogen yang banyak dijumpai adalah dalam bentuk estron, 17p-estradiol dan 17aestradiol (Sturkie, 1976). Sekresi estrogen meningkat sejak folikel ovarium mulai berkembang menjelang dewasa kelamin. Level estrogen pada 7 minggu sebelum bertelur adalah sebesar 94 pgiml, selanjutnya 2 - 3 minggu menjelang bertelur level estrogen mencapai 355 pglml. Tingginya produksi telur yang dicapai erat kaitannya dengan kemampuan puyuh untuk memproduksi hormon FSH dan LH yang berperan dalam pembentukan folikel (Allen dan Schwatz, 1981).
Estrogen juga mempunyai peranan penting dalam metabolism kalsium. Reseptor estrogen dapat dijumpai pada sel granulose dan jaringan duodenum sehingga aktivitasnya mengekibatkan terjadinya gelombang  ionisasi kalsium yang sangat cepat pada sel granulose serta meningkatkan transportasi kalsium dalam duodenum (Beck dan Hansen, 2004).

2.3. Pengaruh Hormon Estrogen Pada Pembentukan Telur

Pertumbuhan folikel didorong oleh pengaruh hormon FSH dari hipofisa anterior. Folikel selanjutnya akan mensintesis estrogen, progesteron dan testoteron. Bagian dari folikel yang menghasilkan steroid adalah sel theca dan sel granulosa. Sel theka eksterna menghasilkan estrogen. Ada tiga macam estrogen yang dihasilkan oleh sel theca yaitu estradiol, estrone dan estriol. Tetapi hanya dua senyawa pertama yang dapat ditemukan dalam plasma darah ayam petelur. Estradiol dihasilkan oleh folikel yang berukuran kecil dengan diameter 1 hingga 10 mm. Hormon ini dapat mendorong sintesis protein dalam kuning telur. Di bawah pengaruh estradiol, hati mampu menghasilkan berbagai lemak netral, phospholipid dan kolesterol, yang penting untuk pembentukan kuning telur atau yolk (Hafez, 2000).
Pada waktu folikel praovulasi tumbuh, mulai terjadi peningkatan sekresi hormon progesteron oleh lapisan  sel theka. Peningkatan progesteron ini menyebabkan lapisan granulosa menjadi lebih responsif terhadap hormon LH pada saat folikel mendekati ovulasi. Progesteron selanjutnya menggertak peningkatan kadar LH yang menyebabkan terjadinya ovulasi. Sementara itu hormon estrogen merangsang terjadinya hipertropi dari dinding oviduk dan diferensiasi dari daerah sekretoris. Sisa estrogen akan bekerja sama dengan progesteron untuk menggertak sekresi putih telur, dan memobilisasi kalsium dari ujung tulang panjang (epifisa) untuk meningkatkan pengeluaran kalsium dalam membentuk cangkan telur (Hafez , 2000).

2.4. Hormon Etrogen Untuk Unggas

            Hasil Penelitian dari latifa (2007) memperlihatkan hasil yaitu :
Tabel 1. Rerata dan simpangan baku berat telur , berat kuning telur dan berat putih telur itik fase akhir produksi setelah mendapatkan suntikan PMSG selama 8 minggu dengan interval 2 minggu sekali

Kelompok Perlakuan
Variabel yang diamati
Berat telur utuh (gram)(`X ±S D)
Berat kuning telur (gram) (`X  ±  S D)
Berat putih telur (gram)(`X  ±  S D)

Kontrol

63,24 a ± 1,7784

22,56 a  ± 0,7888

31,76 a ± 1,2586
PMSG 10 IU
66,18 b ± 0,6349
23,65 b  ± 1,1170
32,86 ab ± 1,6584
PMSG 15 IU
68,06 c ± 0,8687
24,52 b  ± 1,2880
34,14 b  ± 1,6866
PMSG 25 IU
66,86 b ± 1,7784
23,84 b  ± 1,3039
31,94 a  ± 1,7283

Keterangan : Tanda huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna.

Hasil analisis statistik varians satu arah dan uji statistik berikutnya dengan uji Becla Nyata Terkecil, menunjukkan bahwa pemberian hormon PMSG pada itik fase akhir produksi bersifat signifikan. Hal ini berarti bahwa berat utuh telur itik mengalarm peningkatan akibat penyuntikan PMSG. Terutama pada dosis 15 IU. Penyuntikan PMSG memacu terbentuknya estrogen dan progesteron. Estrogen dan progesteron merangsang sintesa protein, baik protein putih telur maupun protein kuning telur. Sehingga secara keseluruhan berat telur secara utuh meningkat. Sedangkan Hafez (2000) menyatakan bahwa besar kecilnya ukuran telur unggas sangat dipengaruhi oleh kandungan protein dan asam-asam amino dalam pakan. Hal ini mengingat lebib dari 50% berat kering telur adalah protein (Anggorodi, 1985).    
Rata-rata berat kuning telur itik tertinggi dicapai pada kelompok perlakuan P2 (pemberian PMSG 15 IU) yaitu sebesar 24,522 ± 1,282 grain dan rata-rata berat kuning telur itik terendah dicapai pada kelompok kontrol yaitu sebesar 22,563 ±0,789 grarn. Hal tersebut membuktikan bahwa PMSG memacu folikel-folikel untuk mensekresi estrogen. Estrogen mempengaruhi hati untuk mernbentuk protein kuning telur (Norris, 1980). Pengambilan protein kuning telur oleh folikel diatur oleh hormon gonadotropin (Hafez, 2000). Peningkatan berat kuning telur itik pada kelompok perlakuan lebih tinggi dibanding kelompok kontrol. Ini sejalan dengan hasil penelitian Imal el al., 1972 dan Sturkie, 1986) yang menyatakan bahwa penyuntikan PMSG dapat memgkatkan vitelin serum yang penting untuk pembentukan kuning telur dalarn folikel.
Rata-rata berat putih telur itik pada penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan yang sangat nyata (P < 0,01). Rataan tertinggi dicapai pada kelompok periakuan P2 (pemberian PMSG 15 IU) yaitu sebesar 34, 135 gram ± 1,687  dan rataan terendah terletak pada kelompok kontrol yaitu sebesar 31,757 gram ± 1,258. Berat putih telur pada kelompok perlakuan menunjukkan peningkatan yang nyata dibandingkan dengan kelompok kontrol. PMSG memacu terbehtuknya estrogen dan progesteron (Johson et al., 1985). Estrogen merangsang sintesa protein ovalbumin conalbumin (ovotransferrin) dan lysosyme yang dihasilkan oleh kelenjar tubular dari magnum. Sedang progesteron merangsang sintesa protein putih telur yang lain yaitu avidin yang dihasilkan oleh sel goblet dalam magnum (Norris, 1980 dan Sturkie, 1986).
Tabel 2.  Rerata dan simpangan baku berat cangkang telur dan tebal cangkang telur itik fase akhir produksi setelah mendapatkan suntikan PMSG selama 8 minggu dengan interval 2 minggu sekali

Kelompok Perlakuan
Variabel yang diamati
Berat cangkang telur
(mg) ± SD
Tebal cangkang telur
(mm) ± SD

Kontrol

8,93 a   ± 0,6390

0,374 a   ± 0,0013
10 IU
9,97 b   ± 0,9390
0,416 b   ± 0,0033
15 IU
10,73 c   ± 0,7856
0,484 c   ± 0,0022
25 IU
10,28 bc ± 0,6410
0,430 b  ± 0,0048

Keterangan : Tanda huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna.
 
Peningkatan berat dan tebal cangkang telur itik setelah penyuntikan hornon PMSG selama 8 minggu dengan interval 2 minggu sekali mempunyai pengaruh yang sangat bermakna (P < 0,01) sehingga dapat meningkatkan berat dan tebal cangkang telur. Diketahui PMSG dapat  meningkatkan kadar estrogen progesteron dalarn serurn darah. Estrogen yang dihasilkan oleh sel theca dari folikel yang sedang tumbuh dan progesteron dihasilkan oleh sel granulosa dari folikel yang besar yang tumbuh dibawah pengaruh PMSG (Johnson et al., 1985). Estrogen dan progesteron yang meningkat akan mendorong hormon paratiroid untuk pelepasan kalsium dari tulang rawan (epifise) tulang panjang dan memperbaiki penyerapan kalsiurn oleh dinding usus dari makanan dalam usus, dengan demikian penyediaan kalsium untuk kulit telur menjadi lancar (Hardjopranjoto, 1998). Dalam memproduksi telur, unggas membutuhkan sejumlah besar kalsium. Estrogen bekerja secara sinergis dengan progesteron dalam darah yang selanjutnya dapat digunakan untuk membentuk cangkang telur (Hafez, 2000). Hormon estrogen juga mendorong fungsi kelenjar paratiroid.
Tabel  3. Rerata dan simpangan baku kadar protein kuning telur dan kadar kolesterol kuning telur itik fase akhir produksi setelah mendapatkan suntikan PMSG selama 8 minggu dengan interval 2 minggu sekali.

Kelompok Perlakuan
Variabel yang diamati
Kadar protein kuning telur
(%) x  ±  SD
Kadar Kolesterol kuning telur (mg) ±  SD

Kontrol

17,23 a ±  1,2436

250,87 d ± 17,27
PMSG10 IU
17,56 a ±  1,3146
229,76 c ± 26,05
PMSG15 IU
20,69 b ±  1,9832
208,52 b ± 57,91
PMSG25 IU
18,06 a ±  1,8214
189,67 a ± 15,51

Keterangan : Tanda huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna.

Dari hasil analisis statistik Anava satu. arah menunjukkan bahwa pemberian hormon PMSG bersifat signifikan. Hal ini membuktikan PMSG dapat menurunkan kadar kolesterol kuning telur. Hal ini sejalan dengan pendapat Guyton (1994), bahwa penurunan kadar kolesterol telur bisa diakibatkan oleh hormon estrogen. Hormon estrogen yang dihasilkan oleh folikel yang sedang berkernbang akan menekan aktivitas enzirn HMG - Ko A Reduktase sehingga aktivitas biosintesis kolesterol terhambat. Dengan demikian maka kolesterol endogen dalam tubuh itik tidak sampai diangkut ke dalam ovarium, tetapi lebih banyak yang dibuang ke luar tubuh melalui feces dan urine (Hafez, 2000). Estrogen dapat juga mempengaruhi aktivitas enzim lipase hepatik dengan jalan meningkatkan metabolisme HDL yang tugasnya mengangkut kolesterol jaringan dalam hati. Kerja HDL yang meningkat akan diikuti oleh banyaknya kolesterol yang diangkut ke hati, sehingga kadar kolesterol dalam darah akan berkurang dan sebaliknya akan terjadl peningkatan kadar kolesterol dalam hati yang selanjutnya akan disekresikan ke dalam empedu menjadi asam empedu atau dikeluarkan bersama feses (Murray, 1997).
Penelitian tentang studi hematologi terhadap respon pemberian berbagai level estrogen pada broiler juga dilakukan oleh Khan dan Safar (2005) dimana hasilnya yaitu Estrogen, suatu hormon steroid yang disekresi oleh ovarium meningkatkan metabolisme lemak, menurunkan jumlah sel darah merah dan meningkatkan jumlah sedimentasi eritrosit dalam darah.
Penelitian yang dilakukan Wiradimadja, et al (2005) tentang umur dewasa kelamin puyuh jepang betina yang diberi tepung daun katuk (Sauropus androgynus, L. Merr.) menunjukkan bahwa pemberian estrak daun katuk sebanyak 15% berpengaruh sencara nyata menurunkan kadar estrogen dan menghambat umur dewasa kelamin pada puyuh. Dampak terhambatnya absorpsi kolesterol berakibat pada terhambatnya ovarium dalam mensintesa hormone estrogen dan akan menghambat kepada pembentukan folikel folikel sel telur sehingga akhirnya berpengaruh pada  umur dewasa kelamin. Salah satu peran kolesterol yaitu menjadi procusor hormon estrogen seperti estrogen dan testosterone. Pemberian estrak daun katuk, menyebabkan hambatan pada umur dewasa kelamin pada puyuh dengan menekan sekresi estrogen. Selain itu, daun katuk mengandung senyawa sterol yang dapat menghambat sintesis cairan empedu sehingga sekresi cairan empedu naik, dan sebagai konsekuensi naiknya cairan empedu maka kecernaan lemak kasar menurun , yang berindikasi pada turunnya absopsi lemak serta komponen komponen lain lemak beserta derivatnya  seperti kolesterol, LDL, HDL, dan trigliserida.


BAB III
PENUTUP
            Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa:
  • Hormon merupakan bahan kimia yang disekresikan ke dalam cairan tubuh oleh satu sel atau sekelompok sel dan dapat mempengaruhi fisiologi sel-sel tubuh lainnya
  • Estrogen adalah hormon steroid yang diperlukan untuk pertumbuhan folikel sehingga erat kaitannya dengan umur dewasa kelamin. Estrogen mempunyai peran penting dan erat hubungannya dengan perangsangan dan perkembangan oviduk, sintesis albumin oleh magnum serta kerabang oleh uterus.
  • Penyuntikan hormon PMSG dapat meningkatkan kualitas telur itik afkir (masa akhir produksi) yang dilihat dari berat dan tebal cangkang, berat utuh telur, berat kuning telur, berat putih telur dan kadar protein kuning telur. (Penyuntikan hormon PMSG dapat menurunkan kadar kolesterol kuning telur itik masa akhir produksi)
  •  pemberian estrak daun katuk sebanyak 15% berpengaruh sencara nyata menurunkan kadar estrogen dan menghambat umur dewasa kelamin pada puyuh.

date Sabtu, 28 Juli 2012

3 komentar to “HORMON ESTROGEN PADA UNGGAS”

  1. dustan, SPd, M.Si
    28 Februari 2016 pukul 22.37

    bismillah, maaf mas saya senang sekali dengan tulisannya. saya ada sedikit pertanyaan, ada ga literatur tentang Ravnkov, 2003 itu mas????

  1. dustan, SPd, M.Si
    28 Februari 2016 pukul 22.38

    ravnkov 2003x masih ada ga mas?

  1. Damayanti
    2 September 2019 pukul 08.25

    tulisannya bagus sayang nggak ada daftar pustakanya

Leave a Reply: