1.    Hubungan selenium dan vitamin E yaitu Selenium dapat menggantikan fungsi vitamin E dalam tiga bentuk, yaitu:
·      Diperlukan untuk menjaga integritas kelenjar pankreas agar terjadi pencernaan lemak secara normal, pembentukan garam empedu micelle secara normal dan absorbsi vitamin E secara normal pula;
·      Selenium merupakan bagian integral dari sistem enzim GSH-Px, yang merubah bentuk reduksi glutathione menjadi bentuk oksidase glutathine dan pada waktu yang bersamaan merusak peroksida dengan cara konversi peroksida menjadi bentuk alkohol yang tidak berbahaya. Reaksi tersebut mencegah terjadinya proses peroksidasi terhadap asam-asam lemak yang tidak jenuh pada membran sel, dan oleh karena itu menurunkan jumlah vitamin E yang diperlukan untuk menjaga integritas sel-sel membran;
·      Mineral Se, dengan cara yang tidak diketahui membantu retensi vitamin E dalam plasma.
Sebaliknya, vitamin E nampak mengurangi kebutuhan akan selenium, dengan mencegah kehilangan selenium dari tubuh atau mempertahankannya dalam bentuk aktif. Dengan mencegah oto-oksidasi lemak membran dari dalam, vitamin E mengurangi jumlah glutation peroksidase yang dibutuhkan untuk merusak peroksida yang dibentuk dalam sel (Piliang, 2004).
Gangguan yang dapat terjadi bila defisiensi vitamin E dan selenium adalah kelemahan otot dan mastitis.








2.    Proses pengaturan air tubuh dan hubungannya dengan natrium dan kalium yaitu:
          
           Dehidrasi  menyebabkan penurunan secara gradual vulume cairan ekstra sel dan intra sel, dengan proporsi kehilangsn lebih  besar pada cairan intra sel. Strategi ini ditempuh melalui mekanisme homeostasis mempertahankan volume dan osmotik cairan plasma darah. Osmotik cairan intra sel menggambarkan pula kandungan air di dalam sel, dan ini diatur  oleh pompa elektrolit pada membran sel yang mengalirkan ion K+  ke dalam sel dan ion Na+  ke luar sel. Kerja pompa elektrolit tersebut berlangsung karena kehadiran  enzym  Na-K-ATPase  pada  membran  yang  menghasilkan  kesetimbangan aliran Na dan K ke dan dari dalam sel. Sehingga turgor sel, aliran air dan energi dapat dipertahankan. Kontrol  konsentrasi  elektrolit  dalam  sel  merupakan  fungsi  yang esensial  yang  melibatkan  kerja  hormon  thyroxin,  aldosteron  dan  cortisol.
3.      a. Hubungan mineral Sulfur dengan metabolisme protein
       Sulfur berasal dari makanan yang terikat pada asam amino yang mengandung sulfur yang diperlukan untuk sintesis zat-zat penting. Berperan dalam reaksi oksidasi-reduksi, bagian dari tiamin, biotin dan hormone insuline serta membantu detoksifikasi.Sulfur juga berperan melarutkan sisa metabolisme sehingga bisa dikeluarkan melalui urin,dalam bentuk teroksidasi dan dihubungkan dengan mukopolisakarida. Sulfur mampu menjadi sumber asam amino cystein dan methionin. Metionin adalah asam amino yang memiliki atom S. Asam amino ini penting dalam sintesa protein (dalam proses transkripsi, yang menterjemahkan urutan basa Nitrogen di DNA untuk membentuk RNA) karena kode untuk Metionin sama dengan kode awal untuk satu rangkaian RNA. Asam amino ini bagi ternak bersifat esensial, sehingga harus dipasok dari bahan pakan. Jika kekurangan sulfur maka akan kekurangan methionin dan jika kekurangan methionin  maka akan terjadi gangguan metabolisme protein, methionin juga merupakan asam amino pembatas.  
b. Hubungan Sulfur dan kegagalan metabolisme lemak.
Metabolisme  Sulfur  terlibat dalam reaksi transmetilasi  yaitu Sintesis lipoprotein, phospholipid dan ester cholesterol , selain itu juga penting untuk transport lemak dalam darah, akibat dari kekurangan asam amino sulfur yaitu  akumulasi lemak di hati, sintesis protein lambat  dan gangguan reaksi oksidasi-reduksi. Jika sulfur kurang maka sintesa methionin juga kan berkurang,  sementara methionin merupakan precusor karnitin yang merupakan senyawa pembawa asam lemak rantai panjang dalam menembus membran mitokondria pada β-oksidasi asam lemak, berarti ketersediaan karnitin dalam ransum dapat meningkatkan β-oksidasi asam lemak, sehingga timbunan lemak dalam bentuk kolesterol, trigliserida, garam empedu, dan hormon steroid dapat ditekan.  Jika sulfur berkurang maka secara otomatis metabolisme lemak akan terganggu.    
4.      Keberadaan Besi dalam metabolisme secara umum yaitu:
           Didalam tubuh sebagian besar Fe terkonjugasi dengan protein dan terdapat dalam bentuk ferro atau ferri. Bentuk aktif zat besi biasanya terdapat sebagai ferro, sedangkan bentuk inaktif adalah sebagai ferri(misalnya dalam bentuk storage). Besi, mempunyai beberapa tingkat oksidasi yang bervariasi dari Fe6+ menjadi Fe2-, tergantung pada suasana kimianya. Hal yang stabil dalam cairan tubuh manusia dan dalam makanan adalah bentuk ferri (Fe3+) dan ferro (Fe2+). Absorpsi terutama terjadi di bagian atas usus halus (duodenum) dengan bantuan alat angkut-protein di dalam sel mukosa usus halus yang membantu penyerapanbesi, yaitu transferin dan feritin. Transferin, protein yang disintesis di dalam hati, terdapat dalam dua bentuk. Transferin dan feritin. Transferin, protein yang disintesis di dalam hati, terdapat dalam dua bentuk. Transferin mukosa mengangkut besi dari saluran cerna untuk mengikat besi lain, sedangkan transferin reseptor mengangkut besi melalui darah ke semua jaringan tubuh. Dua ion feri diikatkan pada transferin untuk dibawa ke jaringan-jaringan tubuh. Banyaknya reseptor transferin yang terdapat pada membran sel bergantung pada kebutuhan tiap sel. Kekurangan besi pertama dapat dilihat dari tingkat kejenuhan transferin.
5.      Interaksi yodium dan asam amino spesifik yaitu:
Salah satu mineral makro yang penting dalam siklus kehidupan manusia adalah iodine (yodium). Fungsi yodium adalah untuk sintesa hormon tiroid yang mempengaruhi kelenjar tiroid. Dalam pembentukan hormon tiroid yang dibutuhkan adalah iodida atau iodin dan tyrosin, tyrosin yang terdapat di thyroglobuline akan mengikat 2 iodin yang kemudian dinamai diiodotyrosyn (T2), ada juga yang hanya 1 (T1), selain itu ada juga yang mengikat 3 atau 4 yang selanjutnya dinamai T3 dan T4,  selanjutnya T1 dan T2 terjadi pemasangan menjadi T3 selanjutnya T2 dan T2 menjadi T4. TGb yang telah ter iodisasi tadi masuk lagi dah ke sel folikular dengan cara pynositosis yang akhirnya berikatan dengan lisosom, lisosom menghancurkan thyroglobuline hingga yang tersisa hanyalah T3 dan T4 saja dan saat diperlukan T3 dan T4 keluar dah lewat membran sel berikatan dengan tyrosin binding globulin dan beredar dalam darah. T/S value berhubungan dengan kemampuan tiroid dalam menyimpan iodium. T/S value merupakan perbandingan yodium dalam tiroid dan perbandingan  yodium dalam darah. Normalnya,  ternak mempunyai nilai T/S sebesar 20. Kemam puan penyimpanan yodium ini sangat dipengaruhi oleh ketersediaan asam amino tyrosin yang akan mengikat yodium.


            

date Jumat, 03 Agustus 2012

0 komentar to “Biokimia”

Leave a Reply: